Selasa, 23 November 2010

Tiga Tipe Kecerdasan

foto berita artikel
Menurut Anda, apakah orang yang mempunyai jabatan atau gelar tinggi, juga berarti memiliki kecerdasan emosional? Padahal sebenarnya, kesuksesan dan bahagia akan diraih jika seseorang bisa menggabungkan setidaknya tiga kecerdasan, yakni :

IQ (Intelligent Quotient)atau KECERDASAN INTELEKTUAL
Kecerdasan intelektual (IQ) berkait dengan keterampilan seseorang 
menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Kecerdasan intelektual bukan faktor dominan dalam keberhasilan seseorang, terutama dalam dunia bisnis maupun sosial. Menurut Daniel Goleman, banyak sarjana yang cerdas dan saat kuliah selalu menjadi bintang kelas, namun ketika masuk dunia kerja malah menjadi anak buah teman sekelasnya yang prestasi akademiknya pas-pasan. Sebagai contoh, jika pendidikan di Indonesia mengabaikan aspek keunggulan IQ, sulit bagi Indonesia untuk bersaing dalam bidang sains dan teknologi pada persaingan global.


EQ (Emotional Quotient) atau KECERDASAN EMOSIONAL
EQ adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan maupun menyakitkan. EQ yang tinggi akan membantu seseorang dalam membangun relasi social dalam lingkungan keluarga, kantor, bisnis, maupun sosial. Bagi seorang manajer, kecerdasan emosional merupakan syarat mutlak. Lagi-lagi amat disayangkan, pendidikan kita miskin konsep dalam membantu mengembangkan EQ, bagi siswa maupun mahasiswa. Pelatihan EQ ini amat penting guna menumbuhkan iklim dialogis, demokratis, dan partisipatif karena semua menuntut adanya kedewasaan emosional dalam memahami dan menerima perbedaan. Pluralitas etnis, agama, dan budaya akan menjadi sumber konflik laten jika tidak disertai tumbuhnya budaya dialogis dan sikap empati. Teori ini juga biasaya digunakan untuk melihat perilaku dan gaya kepemimpinan seseorang dalam kelompok terbatas. Dalam wilayah sosial dan politik, terlalu banyak variabel yang tidak cukup dianalisis dengan teori EQ.

SQ (Spiritual Quotient) atau KECERDASAN SPIRITUAL

Tidak kalah penting, kecerdasan spiritual (SQ) yang berkait dengan masalah makna, motivasi, dan tujuan hidup sendiri. Jika IQ berperan memberi solusi intelektual-teknikal, EQ meratakan jalan membangun relasi sosial, SQ
mempertanyakan apakah makna, tujuan, dan filsafat hidup seseorang.
Menurut Ian Marshall dan Danah Zohar, penulis buku SQ, The Ultimate Intelligence, tanpa disertai kedalaman spiritual, kepandaian (IQ) dan popularitas (EQ) seseorang tidak akan memberi ketenangan dan kebahagiaan
hidup.

CERMIN YANG TERLUPAKAN

Setiap postingan saya yang berlabel inspirational story, selalu saya tampilkan inspirasi-inspirasi dan motivasi-motivasi yang dapat memperkuat semangat hidup kita. Cerita kali ini saya adopsi dari cerita dari Inggris. To the point saja ya,, saya mulai bercerita:


Pada suatu ketika, sepasang suami istri, katakanlah nama mereka Smith, mengadakan 'garage sale' untuk menjual barang-barang bekas yang tidak mereka butuhkan lagi. Suami istri ini sudah setengah baya, dan anak-anak mereka telah meninggalkan rumah untuk hidup mandiri.

Sekarang waktunya untuk membenahi rumah, dan menjual barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi.

Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukan benda-benda yang sudah sedemikian lama tersimpan di gudang. Salah satu di antaranya adalah sebuah cermin yang mereka dapatkan sebagai hadiah pernikahan mereka, dua puluh tahun yang lampau.

Sejak pertama kali diperoleh, cermin itu sama sekali tidak pernah digunakan. Bingkainya yang berwarna biru aqua membuat cermin itu tampak buruk, dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan mana pun di rumah mereka. Namun karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya, cermin itu tidak mereka kembalikan. Demikianlah, cermin itu teronggok di loteng. Setelah dua puluh tahun berlalu, mereka berpikir orang yang memberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Maka mereka mengeluarkannya dari gudang, dan meletakkannya bersama dengan barang lain untuk dijual keesokan hari.

Garage sale mereka ternyata mendapat banyak peminat. Halaman rumah mereka penuh oleh orang-orang yang datang untuk melihat barang bekas yang mereka jual. Satu per satu barang bekas itu mulai terjual. Perabot rumah tangga, buku-buku, pakaian, alat berkebun, mainan anak-anak, bahkan radio tua yang sudah tidak berfungsi pun masih ada yang membeli.

Seorang lelaki menghampiri Mrs. Smith. 

"Berapa harga cermin itu?" katanya sambil menunjuk cermin tak terpakai tadi. Mrs. Smith tercengang. 

"Wah, saya sendiri tidak berharap akan menjual cermin itu. Apakah Anda sungguh ingin membelinya?" katanya. 

"Ya, tentu saja. Kondisinya masih sangat bagus." jawab pria itu. Mrs. Smith tidak tahu berapa harga yang pantas untuk cermin jelek itu. Meskipun sangat mulus, namun baginya cermin itu tetaplah jelek dan tidak berharga. 

Setelah berpikir sejenak, Mrs. Smith berkata, "Hmm ... anda bisa membeli cermin itu untuk satu dolar."

Dengan wajah berseri-seri, pria tadi mengeluarkan dompetnya, menarik selembar uang satu dolar dan memberikannya kepada Mrs. Smith.

"Terima kasih," kata Mrs. Smith, "Sekarang cermin itu jadi milik Anda. Apakah perlu dibungkus?"

"Oh, jika boleh, saya ingin memeriksanya sebelum saya bawa pulang." jawab si pembeli.

Mrs. Smith memberikan ijinnya, dan pria itu bergegas mengambil cerminnya dan meletakkannya di atas meja di depan Mrs. Smith. Dia mulai mengupas pinggiran bingkai cermin itu. Dengan satu tarikan dia melepaskan lapisan pelindungnya dan muncullah warna keemasan dari baliknya.

Bingkai cermin itu ternyata bercat emas yang sangat indah, dan warna biru aqua yang selama ini menutupinya hanyalah warna dari lapisan pelindung bingkai itu!

"Ya, tepat seperti yang saya duga! Terima kasih!" sorak pria itu dengan gembira. Mrs. Smith tidak bisa berkata-kata menyaksikan cermin indah itu dibawa pergi oleh pemilik barunya, untuk mendapatkan tempat yang lebih pantas daripada loteng rumah yang sempit dan berdebu.

Kisah ini menggambarkan bagaimana kita melihat hidup kita. Terkadang kita merasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kita melihat hidup kita berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani. Bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur, bangun pagi, pegi bekerja, pulang sore, tidur. Itu saja yang kita jalani setiap hari.

Sama halnya dengan Mr. dan Mrs. Smith yang hanya melihat plastik pelapis dari bingkai cermin mereka, sehingga mereka merasa cermin itu jelek dan tidak cocok digantung di dinding. Padahal dibalik lapisan itu, ada warna emas yang indah.

Padahal di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang dapat memperkaya hidup kita.

Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumur hidup kita. Setiap detik yang kita jalani, hanya berlaku satu kali dalam hidup kita. Setiap detik adalah pemberian baru dari Tuhan untuk kita. 

Akankah kita menyia-nyiakannya dengan terpaku pada rutinitas? 

Akankah kita membiarkan waktu berlalu dengan merasa hidup kita tidak seperti yang kita inginkan?

Setelah dua puluh tahun, dan setelah terlambat, barulah Mrs. Smith menyadari nilai sesungguhnya dari cermin tersebut. Inginkah kita menyadari keindahan hidup kita setelah segalanya terlambat? Tentu tidak.

Sebab itu, marilah kita mulai mengikis pandangan kita bahwa hidup hanyalah rutinitas belaka. Mari kita mulai mengelupas rutinitas tersebut dan menemukan nilai sesungguhnya dari hidup kita.

Marilah kita mulai menjelajah hidup kita, menemukan hal-hal baru, belajar lebih banyak, mengenal orang lebih baik. 

Mari kita melakukan sesuatu yang baru. 

Mari kita membuat perbedaan!

Dorayaki... Hmmm... Enyak.. Enyakk.. Enyakkk..

K ali ini saya posting lain dari biasanya... 
Saya mencoba posting berbau kuliner.. Masa' nama Blognya Warung Pojok Digital.. Tapi tak ada sesuatu pun yang berbau kuliner?? hehehe.. Saya Posting tentang KUe Dorayaki?? Penah dengar dengan nama Kue ini? Tentu saja! Bagi penggemar Tokoh Kartun Jepang Doraemon nama Kue ini tak asing di telinga. Tapi apakah Kue Dorayaki itu benar-benar ada?



Ternyata.... Kue Dorayaki tidak hanya ada di film Doraemon. Di dunia nyata kue ini juga sangat digemari. 

Resep Bahan Dorayaki Pisang Susu :
  • 4 butir telur
  • 50 gram gula pasir
  • 50 gram sirup pisang susu
  • 1/4 sendok teh garam
  • 250 gram tepung terigu protein sedang
  • 1 sendok teh baking powder
  • 150 ml air
Resep Bahan Isi Dorayaki Pisang Susu :
  • 100 gram selai cokelat
Cara Membuat Dorayaki Pisang Susu :
  1. Kocok telur, gula pasir, sirup pisang susu, dan garam sampai kental. Tambahkan tepung terigu dan baking powder sambil diayak dan diaduk rata bergantian dengan sir sedikit-sedikit sambil dikocok perlahan.
  2. Panaskan pan dadar. Tuang 1 sendok makan adonan. Biarkan mengembang. Balik adonan. Sisihkan.
  3. Ambil selembar dorayaki. Oles isi. Tutup lagi dengan dorayaki.
Resep ini untuk 12 buah. Selamat mencoba, fredyholic