Minggu, 17 Oktober 2010

INOVASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

WRITTED BY FREDY SAPUTRA

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perubahan pendidikan dapat terjadi karena berkenaan banyak faktor, diantaranya, apakah perubahan itu berawal dari guru, dari administrator, dan dari masyarakat yang mendapatkan pelayanan pendidikan? Namun mungkin juga disebabkan oleh kondisi dan situasi sekolah yang bersangkutan.
Apakah perubahan pendidikan itu / mengapa pendidikan perlu diubah? Memang perubahan pendidikan itu perlu, namun tidak semuaperubahan itu perlu dan baik. Perubahan pendidikan terjadi karena diawali oleh adanya rasa ketidakpuasan masyarakat atas hasil pendidikan yang sedang atau telah berjalan. Tetapi tidak semua rasa tidak puas itu yang menyebabkan terjadinya perubahan pendidikan. Untuk itu kiranya perlu ditelusuri lebih dalam lagi tentang konsep perubahan itu sendiri.
Di samping guru melakukan kegiatan atau usaha perubahan, juga dituntut melakukan pembaharuan jika perlu. Hal inilah yang disebut inovasi. Inovasi dilakukan apabila guru benar benar memiliki keyakinan bahwa pembaharuan itu memang harus dilakukan dan apakah perlu inovasi pendidikan itu

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Inovasi Pendidikan
Secara etimologi inovasi berasal dari Kata Latin innovation yang berarti pembaharuan atau perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbaharui dan mengubah inovasi ialah suatu perubahan yang baru menuju kearah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan).
Istilah perubahan dan pembaharuan ada pebedaan dan persamaanya. Perbedaannya , kalau pada pembaharuan ada unsur kesengajaan. Persamaannya. Yakni sama sama memilki unsur yang baru atau lain dari yang sebelumnya. Kata “Baru” dapat juga diartikan apa saja yang baru dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi, meskipun bukan baru lagi bagi orang lain. Nemun, setiap yang baru itu belum tentu baik setiap situasi, kondisi dan tempat.
Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau dimati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil intervensi (penemuan baru) atau dicovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional.
Inovasi (pembaharuan) terkait dengan invention dan discovery. Invention adalah suatu penemuan sesuatu yang benar benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Penemuan sesuatu (benda) itu sebelumnya belum pernah ada, kemudian diadakan dengan bentuk kreasi baru. Discovery adalah suatu penemuan (benda), yang benda itu sebenarnya telah ada sebelumnya, tetapi semua belum diketahui orang. Jadi, inovasi adalah  usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) baik invention dan discovery.

B.     Tujuan Inovasi
Menurut Santoso (1974), tujuan utama inovasi, yakni meningkatkan sumber sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi.
Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi,relevansi, kualitas, dan efektivitas. Sarana serta jumlah peserta didik sebanyak banyaknya, denagan hasil pendidikan sebesar besarnya (menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan), dengan jumlah yang sekecil kecilnya.
Kalau di kaji, arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap, yaitu :
1.      Mengejar ketinggalan ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan kemajuan tersebut.
2.      Mengembangkan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolahbagi setiap warga negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi. Di samping itu, akan di usahakan peningkatan mutu yang dirasakan semakin menurun dewasa ini. Dengan sistem penyampaian sistem yang baru, dihaarpkan peserta didik menjadi manusia yang aktif, kreatif, dan terampil memecahkan masalahnya sendiri.

           

C.      Masalah Masalah yang Menuntut Diadakan Inovasi Pendidikan di Indonesia yaitu
1.      Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan bangsa Indonesia.
2.      Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung, ruang, dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang.
3.      Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, sedangkan dipihak lain kesempatan sangat terbatas.
4.      Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5.      Belum berkembangnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang.
6.      Kurang ada relevansi antara program pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun.
7.      Keterbatasan dana.
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini, telah banyak diperkenalkan inovasi inovasi pendidikan dan atau kurikulum yang diadopsi dari luar negeri maupun hasi pemikiran para ilmuan Indonesia sendiri. Semua inovasi tersebut diharapkan dapat memcahkan permasalahan pendidikan yang sedang dialami di Indonesia.





D.    Berbagai Upaya Inovasi Pendidikan
1.      Proyek perintis sekolah pembangunan
Ada delapan IKIP yang ditugaskanuntuk menyelenggarakan proyek perintisan sekolah pembangunan (PPSP), yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bndung, IKIP Semarang, IKIP Yogyakarta, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Ujung pendang.
Pada mulanya proyek itu dimaksudkan untuk mencoba bentuk sitem persekolahan yang komprehensif dengan nama sekolah pembangunan. Selain itu, secara umum kerangka sistem pendidikan ini digariskan dalam surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0172 tahu 1974.
Dalam  surat keputusan itu terdapat beberapa pokok pikiran mengenai hakikat sekolah pembangunan, yang menyangkut relevansi sekolah dengan kebutuhan masyarakat, yaitu :
a.       Adanya integrasi antara sekolah dan masyarakat serta pembangunan
b.      Sekolah menghasilkan tenaga terdidik sehingga dapar merupakan tenaga kerja yang produktif.
c.       Sekolah menghasilkan tenaga terdidik dengan pengertian kesadaran ekologi, baik lingkungan sosial, fisik, maupun biologis.
d.      Sekolah menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan, merangsang sesuai dengan tuntutan zaman untuk pendidikan watak, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan, berkomunikasi, dan kesadaran ekologi.
e.       Sekolah menciptakan keseimbangan fisik, emosional intelektual, kultural, dan spiritual, serta keseluruhan pembangunan masyarakat.
f.       Sekolah memberikan sumbangan bagi ketahanan nasional dan ikut serta dalam pembangunan masyarakat.
PPSP adalah salah satu proyek dalam rangka program pendidikan yang ditugaskan untuk mengembangkan satu sistem pendidikan dasar dan menengah. Modul sesuai denan tugas yang diemban itu maka badan penelitian dan pengembangan kebudayaan (BP3K) memilih modul sebagai satu sistem penyampaian pada delapan PPSP, dengan alasan :
a.       Modul mempunyai potensi untuk memcahkan masalah pemerataan, pendidikan, karena modul memungkinkan murid belajar sendiri tanpa tergantung tempat dan waktu.
b.      Modul mempunyai potensi untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c.       Modul mempunyai potensi untuk meningkatkan relevansi pendidikan.
d.      Modul mempunyai potensi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan waktu dan fasilitas sebab dengan modul memungkinkan guru membantu dan memperbaiki siswa selama dia belajar.
Semua itu dilihat dari tujuan pengajaran modul, yaitu :
a.       Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien
b.      Menjadi siswa aktif dalam belajar.
c.       Siswa dapat bekerja sendiri, baik dibantu oleh guru maupun tidak.
d.      Siswa dapat mengikuti pelajaran (program pendidikan) sesuai dengan kemampuan masing masing.
e.       Siswa dapt mengetahui hasil pelajaran secara berkelanjutan.
Ada empat macam tes, dalam pelaksanaan kurikulum ini, yaitu tes formatif, sumatif, placement test, dan tes diagnostik. Adapun prinsip prinsip yang melandasi dalam menyusun  dan membakukan kurikulum tersebut digunakan beberapa prinsip yang memungkinkan sistem pendidikan pada setiap program (SD, SLTP, SLTA), benar benar efisien dan efektif, yaitu ;
1.      Fleksibilitas Program
Penyelenggaraan pendidikan keterampilan pada setiap program harus mengingat faktor faktor ekosistem dan kemampuan pemerintah, masyarakat, serta orang tua untuk menyediakan dana bagi kelangsungan bidang studi tersebut.
2.      Efisiensi dan Efektivitas
Yang dimaksud dengan prnsip efisiensi dalam penggunaan waktu, pendayahgunaan dana, dan tenaga secara optimal.
3.      Berorientasi pada tujuan
Kurikulum 1975mempunyai empat macam tujuan menurut hierarkinya, yaitu :
a.       Tujuan umum ialah tujuan pendidikan nasional
b.      Tujuan instusionalnya ialah tujuan untuk setiap lembaga tingkatan pendidikan, seperti tujuan SD, SLTP, dan SLTA.
c.       Tujuan kurikuler ialah tujuan untuk setiap bidang studi seperti tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia, PMP, PSPB, IPA.
d.      Tujuan instruksional ialah tujuan setiap pokok bahasan (satuan bahasa)
4.      Kontinuitas
GBHN menyatakan, pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup. Sekolah dasar dan sekolah menengah (pertama dan atas) adalah sekolah sekolah umum, yang masing masing fungsinya dinyatakan dalam tujuan institusional. Namun, kurikulum satu jenjang pendidikan dengan yang di atasnya berhubungan secara hierarkis (hubungan vertical). Oleh karena itu, dalam menyusun kurikulum, ketiga jenjang sekolah tersebut hendaknya selalu dihubungkan secara hierarkis dan fungsional


5.      Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan yang diterima anak di sekolah memnerikan dasar/bekal untuk belajar hidup, sehingga memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sertamengembangkan potensi potensinya sesuai dengan kebutuhan kehidupannya.
PAMONG singkatan dari Pendidikan Anak Oleh Masyarakat, Orang Tua, dan Guru. Proyek ini diujikan di tingkat sekolah dasar pada kecamatan kabakramat (kelurahan alastimo, banjarhardjo, malanggaten dan kebak) di kabupaten karanganyar, solo. Tujuan proyek ini adalah :
a.       Membantu anak anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan di sekolah atau membantu siswa yang drop out.
b.      Membantu anak anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan waktu dalam belajar, oleh karena belajar sambil menggembala ternak, waktu istirahat, dan lain lain.
c.       Mengurangi penggunaan tenaga guru sehingga rasio guru terhadap murid menjadi 1:1200. Pada SD biasa 1:40 atau 1:50.
d.      Dengan meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan pembiayaan yang sedikit dapat ditampung sebanyak mungkin siswa.
Jadi dengan system pamong ini anak anak/siswa dapat belajar sendiri dengan bimbingan tutor, atau anggota masyarakat, serta bimbingan orang tua. Pengajaran yang diberikan memperhatikan kesanggupan anak.
Pengelolaan dari pegalaman belajar yang diperoleh terutama berdasarkan sumber sumber lain (bukan guru) sukar, tetapi melalui masyarakat, siaran pendidikan adan kelompok atau kegiatan belajar yang tidak mememrlukan gudang sekolah.
2.      SMP Terbuka
Sekolah menengah pertama terbuaka (SMPT) adalah sekolah menengah umum tingkat pertama, yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggaraka di luar gedung sekolah dengan cara pelajaran melalui berbagai media, dan interaksi yang terbatas antara guru dan murid.
a.       Latar belakang
Ø   Kekurangan fasilitas belajar dan tempat belajar.
Ø   Tenaga pendidikan yang tidak cukup.
Ø   Memperluas kesempatan belajar dalam rangka pemerataan pendidikan.
Ø   Menanggulangi anak terlantar yang tidak diterima di SMP Negeri.
b.      Ciri ciri
Ø  Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat syarat akademis yang ketat.
Ø  Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal, atau memenuhi kebutuhan kebutuhan jangka pendek yang bersifat praktis, insidental, dan perorangan.
Ø  Terbuka dalam proses belajar mengajar tidak selalu diselenggarankan diruang kelas secara tatap muka, melainkan dapat juga melalui media, secara radio, media cetak, kaset, slide, dan gambar gambar.
Ø  Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang tersedia oleh siswa.
Ø  Terbuka dalam mengelola sekolah. Sekolah dikelola oleg pegawa negeri, dan orang orang lain yang diperlukan partisipasinya, seperti warga dan pimpinan masyarakat, orang tua siswa dan pamong pemerintah setempat.

c.       Tujuan
Ø Menjadi warga negara yang baik sebagai manusia yang utuh sehat dan kuat, lahir, dan batin.
Ø Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dan pendidikan di sekolah dasar.
Ø Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke sekolah lanjutan atas dan untuk terjun ke masyarakat.
Ø Meningkatkan disiplin siswa.
Ø Menilai kemajuan siswa dan memantapkan hasil pelajaran dengan media.

E.     Pembaruan sistem pendidikan tenaga kependidikan
1.      Rasional pembaruan
Dalam repelita III di bidang kependidikan (pendidikan dan keguruan) dikembangkan sistem pendidikan tenaga kependidikan (SPTK), yang berdasarkan kepada kebijaksanaan dasar pengembangan pendidikan tinggi (KDPPT), yang dikukuhkan dengan keputusan menteri P dan K No. 0140/U/1975 dan keranngka pengembangan pendidikan tinggi tahun 1976.
2.      Tujuan dan sasaran pembaruan
Pembaruan sistem pendidikan tenaga kependidikan diarahkan untuk menunjang pembangunan bangsa pada khususnya dan peningkatan kwalitas hidup manusia pada umumnya. Dengan demikian, sasaran sasaran pendidikan temaga kependidikan sebagai berikut :
a.       Pengadaan tenaga kerja kependidikan dalam jumlah dan kualifikasi yang tepat
b.      Pengembangan dan pembaruan ilmu kependidikan
c.       Perencanaan dan pengembangan terpadu.
d.      School Base Management
Keempat masalah pokok yang secara potensial menghambat kwalitas pendidikan dasar, yaitu ;
a.       Kompleksnya pengorganisasian sekolah dasar dimana dua departemen berperan sama kuat yaitu departemen pendidikan dan kebudayaan (bertanggung jawab menteri pendidikan dan kwalitas teknis seperti : kurikulum, kualifikasi dan sertifikasi, guru, testing, evaluasi buku teks dan kelayakan bahan bahan ajar), dan departemen dalam negeri (bertanggung jawab akan ketenagakerjaan, material, dan sumber daya lainnyayang biasanya disebut “3M”, termasuk pengadaan dan penempatan guru, bangunan sekolah, dan semua aspek fisik sekolah). Praktek pengelolaan yang memisahkan fungsi teknik-edukatif dan fungsi administratif sumber daya seperti ini tidak efisien, minimal pada empat elemen berikut :
v  Pengeluaran untuk peningkatan kwalitas pendidikan menjadi terabaikan karena berada di luar lingkup kedua departemen untuk mencari sumberdayanya.
v  Peningkatan kwalitas menjadi terhambat karena perlengkapan yang tersedia  oleh kantor dinas sering tidak sesuai dengan kebutuhan atau permintaan sekolah.
v  Karir guru sering tidak menentu karena promosi dari guru SD umtuk menjadi guru SLTP harus melibatkan dua departemen. Selain itu promosi dan pemindahan guru atau kepala sekolah SD sering diputuskan secara sepihak oleh dinas tanpa mengacu pada penilaian yang dibuat oleh depdikbud
v  Dualisme pengadministrasian ini, pada akhirnya tidak memberikan iklim yang kondusif untuk melakukan koordinasi kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan dalam rangka mencapai tujuan wajib belajar pendidikan dasar.
b.      Praktek manajemen yang terlalu sentralistik pada tingkat SLTP. Meskipun tanggung jawab pengelolaan SLTP sepenuhnya berada pada departemen pendidikan dan kebudayaan, praktek yang sangat sentralistik atas program pembiayaan dan perencanaan investasi dirasakan menghambat pencapaian tujuan wajar pendidikan dasar. Dengan pengelolaan seperti ini, kerja efisien pada SLTP akan sulit terwujud mengingat kesuksesan perluasan wajar SD telah melalui pengelolaan desentralistik.
c.       Praktek penganggaran yang terkotak kotaknya dan kaku. Disamping sistem organisasinya yang kompleks,komponen ini menambah rumitnya penggelolaan pendidikan dasar. Anggaran pembangunan atau yang biasanya disebut DIP disiapkan oleh tiga unit yaitu bappenas, depdikbud, dan depdagri, sedangkan anggaran rutin yang biasanya disebut DIK disiapkan oleh depkeu, depdikbud dan depdagri. Dalam prakteknya masing masing anggaran mempunyai aturan tersendiri, sehingga yang terjadi antara lain perencanaan, reviu, dan persetujuan anggaran memakan waktu satu tahun dan tidak ada fleksibilitas dalam realokasi danhja dari satu kategori ke kategori lain, sisa anggaran yang satu tidak bisa digunakan untuk kepentingan kegiatan yang lain, serta informasi tersebar di antara lima departemen (depkeu, bappenas, depdikbud, departemen dalam negeri dan departemen agama), disamping sedikitnya terdapat empat pengadministrasian yaitu ; pusat (depdikbud dan depdagri), propinsi (kanwil dan dinas tingkat I), kabupatem (kandep dan dinas tingkat II), dan kadang kadang kecamatan (kancam dan dinas kecamatan). Praktek seperti ini memiliki dampak negatif antara lain ; tidak ada tanggung jawab secara jelas antar unit, tidak ada evaluasi secara reguler terhadap kebutuhan riil yang diperhatikan, dan tidak ada jaminan bahwa dana dialokalosasikan berdasarkan pada asas pemerataan.
d.      Manajemen pada tingkat sekolah tidak efektif. Sekolah adalah institusi yang memegang peranan kunci dalam menentukan kualitas pendidikan dasar dan kepala sekolah merupakan pelaku sentral dalam memainkan peranan tersebut. Peningkatan kwalitas sekolah memerlukan kepala sekolah yang mampu :
v  Menjabarkan bahwa sumber daya yang ada adalah guna menyediakan dukungan yang memadai bagi guru, bahan pengajaran yang cukup, dan pemeliharaan fasilitas yang baik.
v  Memberikan waktu yang cukup untuk pengelolaan dan pengorganisasian proses instruksional.
v  Berkomunikasi secara teratur dengan staf, orang tua, siswa dan masyarakat terkait

F.     EQ Dan SQ Dalam Pendidikan
1.      EQ
Kesadaran dan pengetahuan tentang emosi memungkinkan kita memulihkan kehidupan dan kesehatan kita, melindungi keluarga kita serta membangun kasih yang langgeng dan meraih pekerjaan dengan sukses.
Emosi dan akal adalah dua bagian dari satu kesatuan. EQ meningkatkan pada ukuran standar kecerdasan otak (IQ). IQ dan EQ adalah sumber daya sinergis tanpa yang satu yang lain tidak akan menjadi sempurna dan efektif.
Sedangkan IQ adalah kemampuan menalarkan permasalahan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan EQ dalam diri seseorang ada 10 langkah yang harus diperhatikan, yaitu :
1.      utamakan perawatan tubuh
2.      carilah perasaan di dalam tubuh bukan di dalam otak
3.      bangunlah otot emosional setiap hari dengan meluangkan waktu untuk berfokus pada pengalaman emosional
4.      terima semua yang dirasakan
5.      buka hati bagi orang lain
6.      lakukan hal-hal yang membuat diri kita merasa berguna dan relevan
7.      dengarkan dengan empati
8.      katakan yang anda rasakan
9.      gunakan perubahan sebagai kesempatan untuk tumbuh
10.  bawalah humor kemanapun pergi

2.      SQ
SQ merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.
SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita.
Ada 7 langkah dalam meningkatkan SQ :
1.                                                                                                      menyadari dimana saya sekarang.
2.                                                                                                      merasakan dengan kuat bahwa saya akan berubah
3.   merenungkan apakah ego sendiri dan motivasi sendiri yang paling   dalam.
                  4.   menemukan dan mengatasi rintangan.
                  5.   menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju.
                  6.   menetapkan hati pada sebuah jalan.
                  7.   tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.
3.      Multiple Intelligences.
Dalam Multiple Intelligences, Howard Gardner dalam bukunya Frames Of Mind menyatakan bahwa ada tujuh macam kecerdasan yaitu : (1) kecerdasan linguistik, (2) kecerdasan logis matematis, (3) kecerdasan visual-spasial, (4) kecerdasan musical, (5) kecerdasan kinesketik tubuh, (6) kecerdasan intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal.

G.    Perubahan dan Pembaharuan Struktur Program
Secara historis, sistem persekolahan di Indonesia dapat dikaji melalui tiga periode, yaitu zaman pemerintahan Hindia Belanda, zaman pemerintahan Jepang, dan zaman pemerintahan Indonesia merdeka.
Sistem pendidikan dan persekolahan didasarkan atas pendidikan rendah, pendidikan menengah umum, maupun pendidikan menengah keguruan.
a.       Sekolah rendah bagi anak-anak golongan bumi putra dengan bahasa pengantar, bahasa daerah.
b.      Sekolah rendah untuk anak-anak keturunan Eropa dan keturunan Timur Asing.
c.       Sekolah kejuruan untuk anak-anak golongan Bumi Putra dengan bahasa pengantar, bahasa daerah.
H.    Tahap-Tahap Adopsi Inovasi Pendidikan
Di dalam melaksanakan inovasi kurikulum kita tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhinya. Dalam kaitan dengan faktor yang mempengaruhi inovasi, Arnold dan Goodloe (1974) mengidentifikasi sembilan faktor yang mereka rasa ada dalam masalah inovasi, yaitu :
1.      Inovasi sebagai jawaban terhadap kebutuhan atau masalah pendidikan yang diakui secara lokal.
2.      Hubungan antara inovasi dengan masalahnya harus dikenali secara jelas oleh administrator, guru.
3.      Inovasi merupakan jawaban yang tepat terhadap suatu masalah.
4.      Sekolah setempat membuat dan melakukan inventarisasi yang berarti tentang sumber dalam proyek itu.
5.      Staf sekolah harus memahami tentang rasional program inovatif dan mempersiapkannya secara memadai.
6.      Pelayanan pelengkap yang memadai membantu guru dalam kelas selama tahap permulaan.
7.      Kriteria evaluasi yang memadai bagi inovasi yang diterapkan selama program dilaksanakan sampai diperoleh kesimpulannya.
8.      Program inovasi dimulai dari skala yang dapat dijangkau atau dikelola.
9.      Pemimpim program yang cakap dan yang secara relatif tetap tidak dapat diganti selama periode penerapan.
Salah satu acuan kita dalam mengadakan inovasi termuat dalam The Austin Project, yang di dalamnya berisi tahap-tahap dalam pelaksanaan usaha inovasi, yaitu :
1.      Eksplorasi
Pengadopsian yang potensial mempertimbangkan aspek-aspek inovatif sesungguhnya dengan suatu cara khusus yang tidak egoistic mengenai efek dan perlengkapan yang akan digunakan.
2.      Antisipasi
Antisipasi berupa gambaran yang belum menentu tentang peranan yang dimainkan oleh pemakai secara individual dan harapan yang diberikan kepadanya berupa anlisis tentang peranannya dalam hubungan dengan struktur pengajaran.
3.      Penanganan (management)
Penanganan adalah ekspresi tentang proses penggunaan inovasi dan penggunaan sumber maupun informasi yang paling baik.
4.      Adaptasi (penyesuaian)
Adaptasi adalah upaya eksplorasi penyesuaian dari inovasi terhadap klien di dalam lingkungannya yang berpengaruh secara langsung.
5.      Kerjasama (collaboration)
Kerjasama memiliki titik sentral pada peningkatan pengaruh pada klien melalui kerjasama dengan orang lain yang berkepentingan.
6.      Perhitungan (extrapolation)
Petunjuk mengenai pemakaian extrapolation tentang keuntungan yang lebih universal dari inovasi meliputi kemungkinan tentang perubahan umum atau penempatan kembali yang disertai suatu alternatif yang kuat. (Oliver, 1997)
Kedudukan agen pembaharu dalam proses inovasi dan difusinya menurut havellock yang dikutip oleh oliver dikatakan, bahwa ada empat cara dasar dalam kaitannya dengan fungsi agen pembaharu, yaitu :
1.      Sebagai katalisator
2.      Sebagai pemberi pemecahan
3.      Sebagai pembantu dalam proses
4.      Sebagai penghubung sumber
Havellock menggariskan 6 langkah dalam mengembangkan (mengubah) pendidikan pada saat ini untuk masa depan, yaitu :
Langkah 1 : membangun hebungan antara agen pembaru dengan klien.
Langkah 2 : mendiagnosa masalah
Langkah 3 : mendapat sumber yang relevan
Langkah 4 : memilih cara pemecahan
Langkah 5 :mencari dukungan
Langkah 6 :menstabilkan inovasi dan menghasilkan pembaharuan sendiri.
I.       Pengambilan Keputusan Dalam Inovasi Pendidikan
Menurut Ibrahim (1989) pengambilan keputusan yang inovatif melalui 4 langkah, yaitu :
    1. Tersedianya berbagai alternatif tentang kegiatan yang harus dilakukan.
    2. Tersedianya serangkaian konsekuensi dari setiap alternatif kegiatan.
    3. Menyusun urutan konsekuensi dari setiap alternatif.
    4. Memilih salah satu alternatif yang paling menguntungkan dan paling mudah dilaksanakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar