Minggu, 17 Oktober 2010

KAJIAN TENTANG BEBERAPA ALIRAN PENDIDIKAN

KAJIAN TENTANG BEBERAPA ALIRAN PENDIDIKAN
Ditulis Oleh Fredy Saputra
1.    Nativisme
A.  Pengertian
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan. Faktor lingkungan sendiri dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak.
B.  Tokoh-Tokoh Aliran Nativisme
1.    Arthur Schopenhauer
a.      Biografi Arthur Schopenhauer
Schopenhauer dilahirkan di Danzig pada 22 Februari1788. Ia tumbuh di keluarga pebisnis. Ia dididik di Jerman, Prancis, dan Inggris dan ia menguasai bahasa negara-negara tersebut dengan lancar. Ia orang yang suka membantah, cepat naik darah, dan pesimis, tetapi dia juga orang yang murah hati, baik hati, menarik, dan penuh energi. Dia adalah seorang jenius dengan karya monumentalnya adalah The World as Will and Representation. Dia adalah filsuf Barat pertama yang mempunyai ketertarikan lebih kepada agama-agama Timur dan percaya bahwa individu adalah manifestasi dari kosmik. Ia wafat pada tahun 1880.
   
Gambar  Arthur Schopenhauer berurutan dari kiri: waktu kecil, remaja, dan dewasa

b.        Pandangan Arthur Schapenhauer
     Pembawaanlah yang maha kuasa, yang menentukan perkembangan anak. Lingkungan sama sekali tidak bisa mempengaruhi, apalagi membentuk kepribadian anak. Perkembangan ditentukan oleh faktor pembawaannya, yang berarti juga ditentukan oleh anak itu sendiri.
c.         Pandangan Penulis terhadap pandangan Arthur Schapenhauer
Penulis kurang sependapat dengan pandangan Arthur Schapenhauer, karena faktor lingkungan dan pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu. Anak bisa membaca, menulis, dan mengerti mana yang baik dan yang buruk dari pendidikan baik itu formal, non-formal, maupun informal.
2.    Immanuel Kant
a.      Biografi Immanuel Kant
Kant lahir di  Königsberg, 22 April 1724.  Ia adalah seorang filsuf Jerman. Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Ia  meninggal di  Königsberg, 12 Februari 1804.
b.      Pandangan Immanuel Kant
1.      Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indra. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
2.      Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
3.      Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
c.       Pandangan Penulis terhadap pandangan Kant
Penulis kurang sependapat dengan pandangan Kant yang pertama, karena keberadaan Tuhan Yang Maha Sempurna meskipun tidak dapat dipersepsi dengan panca indera manusia, bukanlah ilusi belaka. Keberadaan Tuhan  dapat dirasakan dengan keyakinan kita tentang Keberadaa-Nya dan KeEsaan-Nya. Penulis sependapat dengan pandangan Kant yang ke-2 dan yang ke-3.
3.    Gottfried Wilhem Leibnitz
a.      Biografi Gottfried Wilhem Leibnitz
G. Leibnitz adalah filsuf Jerman keturunan Sorbia berasal dari Sachsen. Ia  lahir di Leipzig, pada 1 Juli 1646. Ia juga seorang fisikawan, matematikawan, diplomat, sejarawan, dan doktor dalam hokum duniawi dan gerejawi. Ia juga pendukung teori Ia terkenal karena paham Théodicée. Paham ini menjadi terkenal karena dikritik dalam buku Candide karangan Voltaire. Ia meninggal pada 14 November 1716 di Hannouver.
b.      Pandangan Gottfried Wilhem Leibnitz
Perkembangan manusia sudah ditentukan sejak lahir. Manusia hidup dalam keadaan yang  sebaik mungkin karena dunia ini diciptakan oleh Tuhan.
c.       Pandangan Penulis terhadap pandangan Gottfried Wilhem Leibnitz
Penulis sependapat dengan pandangan  Leibniz karena Tuhan adalah Pencipta alam semesta. Tetapi meskipun perkembangan manusia sudah ditentukan sejak lahir, Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika ia tidak berusaha mengubahnya sendiri. Dengan kata lain manusia  harus berusaha mengubah dirinya untuk lebih baik. Dalam hal ini pendidikan dan lingkungn sangat berpengaruh dalam perkembangan seseorang.


2.    Empiris
A.  Pengertian
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.
B.  Tokoh-Tokoh Aliran Empiris
1.    Francis Bacon
a.    Biografi Francis Bacon
Francis Bacon, Viscount St Alban pertama (lahir 22 Januari 1561, wafat 9 April 1626) adalah seorang filsuf, negarawan dan penulis Inggris. Ia juga dikenal sebagai pendukung Revolusi Sains. Bahkan, menurut John Aubrey, dedikasinya menggabungkannya ke dalam sebuah kelompok ilmuwan yang bersejarah yang meninggal dunia akibat eksperimen mereka sendiri.
b.   Pandangan Francis Bacon
Untuk memahami dunia ini, pertama orang mesti "mengamati"nya. Pertama, kumpulkan fakta-fakta. Kemudian ambil kesimpulan dari fakta-fakta itu dengan cara argumentasi induktif yang logis.
c.    Pandangan Penulis terhadap Pandangan Francis Bacon
Penulis sependapat dengan pendapat Bacon, karena untuk memahami segala sesuatu di dunia, pertama-tama kita harus melakukan observasi pada objek yang dikaji, selanjutnya baru dari fakta-fakta yang ada dari hasil observasi kita dapat mengajukan argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
2.    Thomas Hobbes
a.    Biografi Thomas Hobbes
Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan di Malmesbury, sebuah kota kecil yang berjarak 25 kilometer dari London. Hobbes dilahirkan ketika armada Spanyol sedang menyerbu Inggris. Pada tahun 1603-1608, Hobbes belajar filsafat di Universitas Oxford dan berkenalan dengan filsafat Nominalisme Ockham. Selama tahun 1608-1628, Hobbes bekerja sebagai dosen pada beberapa keluarga bangsawan, berkeliling Eropa sebagai pendamping kaum bangsawan dan diplomat, serta pernah menjadi sekretaris pribadi dari Francis Bacon yang saat itu menjadi politisi. Selanjutnya, Hobbes mengalami situasi Inggris yang kacau akibat perang saudara, baik dikarenakan pertentangan agama maupun karena pertentangan antara raja dan parlemen. Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Hobbes sempat menulis oto-biografinya. Selain itu, ia juga menerjemahkan karya Homerus hingga wafatnya pada usia 91 tahun.
b.   Pandangan Thomas Hobbes
Inti pemikiran Hobbes berakar pada empirisme. Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati. Segala yang ada ditentukan oleh sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan ilmu alam. Yang nyata adalah yang dapat diamati oleh indera manusia, dan sama sekali tidak tergantung pada rasio manusia (bertentangan dengan rasionalisme).
c.    Pandangan Penulis terhadap Pandangan Thomas Hobbes
Penulis sependapat dengan pandangan Thomas Hobbes karena hubungan kausalitas selalu ada di alam mini. Misalnya saja orang yang terbukti melakukan tindakan pelanggaran hukum akibatnya dikenakan sanksi sesuai pelanggaran yang ia lakukan. Contoh lain, karena penduduk sering membuang sampah di sungai, dan menebang hutan secara liar, pada musim hujan  dapat mengakibatkan banjir.



3.    John Locke
a.    Biografi  John Locke
John Locke lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu Essay Concerning Human Understanding, terbit tahun 1600; Letters on Tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan Two Treatises on Government, terbit tahun 1690. Ia terkenal dengan teori tabularasanya.
b.   Pandangan John Locke
Menurut.  teori ini, anak yang baru dilahirkan dapat diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi (a sheet of white paper avoid of all characters).  Artinya bahwa  anak sejak lahir tidak mempunyai pembawaan apa-apa (netral), tidak punya kecenderungan untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Dengan demikian anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Dengan kata lain, hanya pendidikan (atau lingkungan) yang berperan atas pembentukan anak.
c.    Pandangan Penulis terhadap Pandangan John Locke
Penulis sependapat dengan pandangan John Locke, karena pendidikan(education), dan lingkungan (environment) sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter seorang anak.
4.    David Hume
a.    Biografi  David Hume
David Hume lahir pada 26 April 1711 di Edinburgh, dan wafat pada 25 Agustus, 1776. Ia adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Ia menerapkan prinsip-prinsip Empiris secara radikal.



b.   Pandangan David Hume
David Hume berpendapat bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah persepsi. Persepsi terdiri dari  2 tingkatan, yaitu kesan-kesan (impressions), dan gagasan (ideas).
c.    Pandangan Penulis terhadap Pandangan David Hume
Penulis sependapat dengan pandangan David Hume. Pendidiklah yang menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak didik dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman.  Kemudian dari pengalaman-pengalaman akan dapat terbentuk susunan kebiasaan yang membentuk pribadi seseorang.  

3.    Konvergensi
A.  Pengertian
Konvergensi adalah aliran filsafat yang memandang bahwa kepribadian manusia tergantung pada pendidikan, pembawaan, dan lingkungannya
B.  Tokoh-Tokoh Aliran Konvergensi
1.    William Stern
a.    Biografi  William Stern
Lewis William Stern (29 April 1871 - 27 Maret 1938), adalah seorang Jerman psikolog dan filsuf tercatat sebagai pelopor dalam bidang psikologi dari kepribadian dan kecerdasan. Dia adalah penndidikan, penemu konsep intelligence quotient , atau IQ, kemudian digunakan oleh Lewis Terman dan peneliti lain dalam pengembangan pertama tes IQ , berdasarkan karya Alfred Binet . Dia adalah ayah dari penulis dan filsuf Jerman Gunther Anders.



b.   Pandangan William Stern
Stern berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan pembawaan baik maupun buruk. Menurutnya,  hasil pendidikan tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan seperti dua garis yang menuju satu titik pertemuan.
c.    Pandangan Penulis terhadap Pandangan William Stern
Penulis sependapat dengan pandangan Stern karena  bila dihubungkan dengan peranan pendidikan dan pembawaan anak sejak lahir, maka interaksi antara keduanya akan mencapai hasil yang diharapkan  apabila anak sendiri yang berperan aktif dalam mencernakan segala pengalaman yang diperolehnya.
2. Al-Ghazali
a.    Biografi  Al-Ghazali
Al-Ghazali adalah seorang tokoh yang beraliran konvergensi. Al-Ghazali dilahirkan pada tahun 450 H (1058 M) di desa Thus wilayah Khurasan yang sekarang termasuk wilayah Iran. Al-Ghazali memulai pendidikan dasarnya dengan belajar agama pada seorang ustadz setempat, Ahmad bin Muhammad Razkafi. Selanjutnya ia menjadi santri Abu Nashr al-Isma’il di Jurjan dan lalu belajar ilmu kalam, ilmu ushul, madzab figh, retorika, logika, tasawuf, dan filsafat pada al-Juwainy. Keunggulan ilmu al-Ghazali membuatnya menjadi sangat tersohor sehingga pada tahun 484 H (1091 M), ia diangkat menjadi ustadz (dosen) pada Universitas Nidhamiyah di Baghdad. Setahun setelah ia berusia 34 tahun, al-Ghazali diangkat menjadi pimpinan (rektor) pada universitas tersebut karena prestasinya yang begitu luar biasa. Selama menjadi rektor, al-Ghazali banyak menulis buku di bidang fiqh, ilmu kalam, dan buku-buku sanggahan terhadap aliran-aliran kebatinan, Ismailiyah, dan filsafat. Setelah 4 tahun menjadi rektor di universitas tersebut, ia mengalami krisis keraguan yang meliputi akidah dan semua jenis ma’rifat. Kemudian ia melanglang buana antara Syam, Baitul Maqdis, dan Hijaz selama kurang lebih 10 tahun dan menghabiskan waktunya untuk khalwat, ibadah, i’tikaf, dan menjalankan ibadah haji serta berziarah ke makam nabi-nabi. Setelah dibujuk untuk kembali mengajar di universitasnya, akhirnya al-Ghazali kembali menjadi dosen pada tahun 499 H (1106 M). Tetapi, tidak lama setelah itu, ia kembali ke tempat asalnya di desa Thus dan menghabiskan sisa umurnya untuk membaca al-Qur’an dan hadist serta mengajar. Di samping rumahnya, al-Ghazali mendirikan madrasah untuk para santri yang mengaji dan sebagai tempat berkhalwat bagi para sufi. Al-Ghazali menutup usianya pada tahun 505 H (1111 M) yaitu pada usia 55 tahun.

b.   Pandangan Al-Ghazali
Mengenai keberlangsungan proses pendidikan, al-Ghazali menerangkan bahwa batas awal berlangsungnya pendidikan adalah sejak bersatunya sperma dan ovum sebagai awal kejadian manusia. Adapun mengenai batas akhir pendidikan adalah tidak ada karena selama hayatnya manusia dituntut untuk melibatkan diri dalam pendidikan sehingga menjadi insan kamil. Kemakmuran dan kejayaan suatu bangsa sangat bergantung pada sejauhmana keberhasilan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Selain itu, pengajaran dan pendidikan harus dilaksanakan secara step by step.

c.    Pandangan Penulis terhadap Pandangan Al-Ghazali
Penulis sependapat dengan pandangan Al-Ghazali karena pendidikan merupakan  satu-satunya jalan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, dan menanamkan nilai kemanusiaan. Pendidikan juga harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan psikis dan fisik anak. Dan pendidikan dilakukan mulai dari lahir hingga meninggal. Yang dimaksud Al-Ghazali tidaklah hanya pendidikan formal saja, tetapi juga pendidikan nonformal dan informal. Dimanapun kita dapat memperoleh pendidikan informal, baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar kita.
4.    Taman Siswa
A.  Pengertian
Taman siswa dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara. Prinsip dasar dalam sekolah / pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru antara : lain  Tut Wuri Handayani (Di Belakang Memberi Dorongan), Ing Madya Mangun Karsa (Di Tengah Menciptakan Peluang Untuk Berprakarsa), dan Ing Ngarsa Sung Tuladha (Di Depan Memberi Teladan)
B.  Tokoh-Tokoh Aliran Taman Siswa
Tokoh-Tokoh Aliran Taman Siswai ini dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai. Mereka antara lain:
1.    Ki Hajar Dewantara
a.      Biografi  Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun. Selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, Tut Wuri Handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional.

2.    Danudirja Setyabudi (Ernest Douwes Dekker )
a.        Biografi Danudirja Setyabudi (Ernest Douwes Dekker)
Setyabudi lahir  di Pasuruan, Jawa Timur  pada 8 Oktober 1879, dan meninggal di Bandung, Jawa Barat  pada 29 Agustus 1950 pada usia 70 tahun. Ia adalah salah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. ia adalah salah satu peletak dasar nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20, penulis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah penjajahan Belanda, wartawan, aktivis politik, serta penggagas nama “Nusantara” sebagai nama untuk Hindia Belanda yang merdeka. Setyabudi adalah salah satu dari “Tiga Serangkai”, pejuang Kemerdekaan Indonesia, selain Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) dan Drs. Tjipto Mangoenkoesoemo.
3.    Drs. Tjipto Mangoenkoesoemo
a.      Biografi Drs. Tjipto Mangoenkoesoemo
Drs. Tjipto Mangoenkoesoemo lahir di Pecangakan, Ambarawa, Semarang, 1886 dan wafat di Jakarta pada 8 Maret 1943) adalah seorang tokoh pergerakan  kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Pada tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917. Dokter Cipto menikah dengan seorang Indo pengusaha batik, sesama anggota organisasi Insulinde, bernama Marie Vogel pada tahun 1920. Berbeda dengan kedua rekannya dalam "Tiga Serangkai" yang kemudian mengambil jalur pendidikan, Cipto tetap berjalan di jalur politik dengan menjadi anggota Volksraad. Karena sikap radikalnya, pada tahun 1927 ia dibuang oleh pemerintah penjajahan ke Banda. Ia wafat pada tahun 1943 dan dimakamkan di TMP Ambarawa.

b.      Pandangan Tokoh Tiga Serangkai terhadap Aliran Filsafat Pendidikan Taman Siswa
Taman siswa dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara, dan di dukung teman-temannya dari Indische Partij, yakni Danudirja Setyabudi dan Drs. Tjipto Mangoenkoesoemo. Prinsip dasar dalam sekolah / pendidikan Taman Siswa antara lain : Tut Wuri Handayani (Di Belakang Memberi Dorongan), Ing Madya Mangun Karsa (Di Tengah Menciptakan Peluang Untuk Berprakarsa), dan Ing Ngarsa Sung Tuladha (Di Depan Memberi Teladan)

c.       Pandangan Penulis terhadap Pandangan Tiga Serangkai Tentang Aliran Filsafat Taman Siswa
Penulis mengartikan pandangan mereka bertiga sebagai berikut :
Prinsip dasar dalam sekolah / pendidikan Taman Siswa patut menjadi pedoman bagi seorang guru, adalah:
1.      Ing Ngarsa Sung Tuladha, di depan, guru harus memberi contoh yang baik kepada muridnya. Di sini guru berperan sebagai panutan yang baik kepada murid-muridnya sehingga muridnya terarah pada tujuan pembelajaran dan berkepribadian yang luhur.
2.      Ing Madya Mangun Karsa, di tengah-tengah murid guru harus membangun prakarsa dengan para murid. Di sini guru harus mampu bekerja sama dengan siswa dalam  proses pembelajaran. Guru tidak mendominasi kelas dan  siswa dilibatkan di dalam kelas. Jika sudah berjalan demikian maka akan tercipta hubungan yang harmonis antara siswa dengan guru.
3.      Tut Wuri Handayani, dan dari belakang guru selalu memberi daya-semangat kepada muridnya. Di sini guru berperan sebagai motivator belajar para murid sehingga murid menjadi bersemangat dalam belajar.
5.    Kayu Tanam
A.  Pengertian
Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (sumatera Barat).
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut :
Ø  Berpikir logis dan rasional
Ø  Keaktifan atau kegiatan
Ø  Pendidikan masyarakat
Ø  Memperhatikan pembawaan anak
Ø  Menentang intelektualisme
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya.
a.    Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah:
Ø Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
Ø Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Ø Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
Ø Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.
Ø Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.

b. Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan mjalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-buku pelajaran.
c.  Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.

B. Tokoh-Tokoh Aliran Kayu Tanam
Mohammad Syafei
a.       Biografi Mohammad Syafei
Moh. Syafei seorang yang berdarah Minang dilahirkan di Kalimantan Barat tepatnya di daerah Natan tahun 1895. Anak dari Mara Sutan dengan Indung Khadijah. Ia menamatkan di Sekolah Rakyat tahun 1908, masuk sekolah Raja (Sekolah Guru) lulus pada tahun 1914. Kemudian beliau hijrah ke Jakarta dan menjadi guru pada sekolah Kartini selama 6 tahun. Disela-sela kesibukannya menyempatkan diri untuk belajar menggambar lulus tahun 1916, bahkan aktif dalam Budi Utomo serta Insulide serta membantu Wanita Putri Merdeka.
Moh. Syafei pada tanggal 31 Mei 1922 berangkat ke negeri Belanda menempuh pendidikan atas biaya sendiri. Belajar selama 3 tahun dengan memperdalam ilmu musik, menggambar, pekerjaan tangan, sandiwara termasuk memperdalam pendidikan dan keguruan. Pada tahun 1925 kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu pengetahuannya.
b.      Pandangan Mohammad Syafei
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mempunyai Asas-Asas Pendidikan sebagai berikut :
Ø  Berpikir logis dan rasional
Ø  Keaktifan atau kegiatan
Ø  Pendidikan masyarakat
Ø  Memperhatikan pembawaan anak
Ø  Menentang intelektualisme
c.       Pandangan Penulis terhadap Pandangan Mohammad Syafei tentang Azas Azas Pendidikan yang diterapkan dalam Kayu Tanam
Ø  Berpikir Logis dan Rasional
Penulis sependapat dengan pandangan M. Syafe’i karena pendidikan harus masuk akal dan dapat dinalar.
Ø  Keaktifan atau Kegiatan
Penulis sependapat dengan pandangan M. Syafe’i, karena guru tidak boleh mendominasi kelas, dalam artian  peserta didik harus dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik mendapat pengalaman langsung dalam pembelajaran.
Ø  Pendidikan Masyarakat
Penulis sependapat dengan pandangan M. Syafe’i, karena pada kehidupan mendatang peserta didik akan terjun ke dalam masyarakat sehingga perlu dibekali tentang pendidikan masyarakat. Pendidikan masyarakat seperti norma-norma yang berlaku, nilai-nilai moral yang baik, serta tatanan birokrasi negara mutlak dibutuhkan di setiap satuan pendidikan.

Ø  Memperhatikan Pembawaan Anak
Penulis sependapat dengan pandangan M. Syafe’i, karena pendidikan harus dapat mengembangkan  potensi peserta didik dengan mendorong perkembangan bakat (talenta) yang dimiliki masing-masing dengan memberikan penguasaan ilmu pengetahua.
Ø  Menentang Intelektualisme
Penulis sependapat dengan pandangan M. Syafe’i, karena peserta didik tidak hanya dituntut cerdas atau hanya intelek tetapi juga harus memiliki  kepribadian yang mandiri dan kreatif serta didukung oleh tumbuhnya nilai-nilai luhur yang disimpulkan sebagai akhlak mulia.

DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada tanggal 24 April 2010
Diakses pada tanggal 24 April 2010
Diakses pada tanggal 24 April 2010
Diakses pada tanggal 24 April 2010
Diakses pada tanggal 24 April 2010
7.      Diakses pada tanggal 24 April 2010
9.      Diakses pada tanggal 24 April 2010
11.  Diakses pada tanggal 24 April 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
20.  http://id.wikipedia.org/wiki/Tjipto_Mangoenkoesoemo
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010

Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
Diakses pada tanggal 1 Mei 2010
29.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar